Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Gambar Produk 1
Jasa Desain Kaos, Desain Batik , LOGO dan desain grafis lainya
Email : mastertracer69@gmail.com

Keunikan Rumah Adat Tradisional Minangkabau ( Rumah Gadang ) Sumatera Barat

Rumah-Adat-Tradisional-Minangkabau-Rumah-Gadang-Sumatera-Barat
Keunikan Rumah Adat Tradisional Minangkabau ( Rumah Gadang ) Sumatera Barat Rumah-Adat-Tradisional-Minangkabau-Rumah-Gadang-Sumatera-Barat
Sumatera Barat merupakan provinsi di Indonesia yang letaknya di tengah Pulau Sumatera dengan menjadikan Padang sebagai ibu kotanya dan masyarakatnya mayoritas bersuku Minangkabau dan biasa disebut Orang Minang, Sumatera Barat memiliki budaya dan karakteristik yang unik. Salah satu ikon budaya yang sangat dikenal di seluruh dunia adalah rumah Gadang, yang kini telah secara resmi dan ditetapkan menjadi rumah adat dari Provinsi Sumatera Barat. 

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau. 

Rumah Adat Sumatera Barat memiliki keunikan mulai dari gaya arsitektur, struktur, dan nilai-nilai filosofis yang terdapat di dalamnya. Berikut adalah Keunikan Rumah Adat Tradisional Minangkabau ( Rumah Gadang ) Sumatera Barat 

1. Struktur Bangunan Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang. Rumah adat ini merupakan rumah model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi panjang. Sama seperti rumah adat Indonesia lainnya, rumah gadang juga dibuat dari material yang berasal dari alam. Tiang penyangga, dinding, dan lantai terbuat dari papan kayu dan bambu, sementara atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau terbuat dari ijuk. 

Meski terbuat dari hampir 100% bahan alam, arsitektur rumah gadang tetaplah memiliki desain yang kuat. Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang memang terletak di daerah rawan gempa. Desain tahan gempa pada rumah gadang salah satunya ditemukan pada tiangnya yang tidak menancap ke tanah. Tiang rumah adat Sumatera barat ini justru menumpang atau bertumpu pada batu-batu datar di atas tanah. Dengan desain ini, getaran tidak akan mengakibatkan rumah rubuh saat terjadi gempa berskala besar sekalipun. Selain itu, setiap pertemuan antara tiang dan kaso besar pada rumah adat ini tidak disatukan menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu. Dengan sistem sambungan ini, rumah gadang akan dapat bergerak secara fleksibel meski diguncang dengan getaran gempa yang kuat. 

2. Fungsi Rumah Adat Selain menjadi ikon budaya masyarakat suku Minang, rumah Gadang pada masa silam juga berfungsi sebagai tempat tinggal bersama bagi suatu keluarga Minang. Untuk memenuhi fungsi tersebut, rumah adat Sumatera Barat ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan aturan-aturan adat yang telah berlaku sejak lama. 

Aturan tersebut misalnya terdapat pada pembagian ruangan berdasarkan kegunaannya, sebagaimana berikut: Seluruh bagian di dalam Rumah Gadang adalah ruangan lepas, kecuali kamar tidur. Jumlah kamar dalam rumah Gadang bergantung kepada jumlah wanita atau perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam keluarga yang sudah bersuami mendapatkan satu kamar. Perempuan tua dan perempuan yang masih anak-anak mendapatkan satu kamar dekat dapur. Gadis remaja mendapat kamar bersama di ujung dekat dapur. Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. 

Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah. Setiap elemen dari bangunan rumah adat Gadang tersebut juga memiliki makna tersendiri. 

Ada beberapa unsur-unsur yang terdapat pada rumah adat Gadang ini diantaranya: 
1.Gojong yaitu struktur pada atap dari rumah adat ini yang seperti tanduk kerbau. 
2.Singkok, sebuah dinding yang berbentuk segitiga yang berada di bawah ujung bojong. 
3.Pereng, yaitu rak yang ada di bawah singkok. 
4.Anjuang, merupakan sebuah lantai yang mengambang. 
5.Dindiang ari, merupakan sebuah dinding yang berada di bagian samping dari bangunan rumah adat ini. 
6.Dindiang tapi, yakni sebuah dinding yang terletak di bagian depan dan belakang. 
7.Papan banyak, fasad depan. 
8.Papan sakapiang, adalah sebuah rak yang ada di pinggir rumah. 
9.Salangko, yaitu merupakan sebuah dinding yang berada di bawah rumah. 

Di halaman depan rumah terdapat 2 buah Rangkiang. Rangkiang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan padi dan bahan pangan lainnya. Pada sayap kiri dan kanan bangunan terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) yang digunakan sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Tidak jauh dari kompleks Rumah Gadang biasanya terdapat sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa yang belum menikah dari keluarga tersebut.

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofis Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dan hanya dimiliki dan diwariskan secara turun temurun dari dan kepada kaum perempuan saja. Aturan ini memiliki nilai filosofi bahwa derajat kaum perempuan dalam budaya suku Minang sangatlah dijunjung tinggi Selain itu, terdapat beberapa nilai filosofis lainnya dari bangunan rumah adat Minang ini yang bisa menjadi ciri khas yang membedakannya dengan rumah adat lain di nusantara. Ciri khas rumah Gadang tersebut antara lain: Bentuk puncak atapnya selalu runcing dan tampak menyerupai tanduk kerbau mengandung arti kemenangan. Bentuk tanduk kerbau sendiri sering dikaitkan dengan kisah Tambo Alam Minangkabau, sebuah kisah kemenangan adu kerbau orang Minang dengan raja Jawa. Atap rumah minang tersebut biasanya terbuat dari bahan ijuk berkualitas yang tahan bahkan sampai puluhan tahun lamanya. Rumah gadang adalah rumah panggung, oleh karenanya untuk masuk ke dalamnya kita harus menaiki anak tangga yang biasanya terletak di bagian depan rumah. Tangga pada rumah gadang hanya terdapat satu buah saja, ini merupakan simbol bahwa masyarakat Minang adalah masyarakat yang religius. Dinding rumah gadang umumnya dihiasi dengan beragam motif ukiran yang diberi warna kuning, merah, dan hitam. Motif ukiran tersebut biasanya adalah motif-motif flora dan fauna, seperti motif tumbuhan merambat, akar berdaun, dan lain sebagainya. Motif-motif tersebut melambangkan bahwa masyarakat Minang adalah masyarakat yang dekat dengan alam.

4. Ukiran Rumah Adat Tradisional Minangkabau Rumah Gadang Pada bagian dinding Rumah Gadang di buat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertikal, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah Gadang. Pada dasarnya ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi.

Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah. Disamping motif akar, motif lain yang dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran.

Baca juga artikel
Rumah Adat Panggung Rakit Limas Bangka Belitung Sumatera Selatan
Keunikan Rumah Adat Tradisional Nuwo Sesat Daerah Lampung

Demikian Informasi Rumah Adat Tradisional Minangkabau ( Rumah Gadang ) Sumatera Barat