Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Gambar Produk 1
Jasa Desain Kaos, Desain Batik , LOGO dan desain grafis lainya
Email : mastertracer69@gmail.com

Keunikan Rumah Adat Tradisional Joglo Jawa Tengah

Keunikan-Sejarah-Rumah-Adat-tradisional-Joglo-Jawa-TengahKeunikan Rumah Adat Tradisional Joglo Jawa Tengah - Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang terbuat dari kayu jati dan terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Pada umumnya, rumah joglo hanya dimiliki oleh orang-orang yang berkemampuan materilebih. Selain karena rumah joglo membutuhkan bahan material yang banyak dan mahal, pemilik rumah joglo juga merupakan pelambang sosial di masyarakat.

Pemilik rumah joglo dimasyarakat Jawa pada umumnya adalah dari kalangan bangsawan Atap joglo berbentuk tajug, semacam atap piramidal yang mengacu pada bentuk gunung. Dari sinilah nama joglo tersebut muncul. Istilah joglo berasal dari dua kata, 'tajug' dan 'loro' yang bermakna 'penggabungan dua tajug'.

Sejarah Rumah Adat Joglo Jawa tengah

Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, joko Tingkir anak menantu Raja Demak memindahkan kerajaan Demak ke Pajang. Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.

Di pertengahan abad 16 bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik dibidang politik maupun ekonomi.

Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih raja baru. Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755.

Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.


Struktur Bangunan Rumah Joglo

Bangunan joglo banyak dijumpai pada arsitektur Jawa Tengah. Joglo merupakan rumah kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa, Atap joglo ditopang oleh empat tiang utama yang disebut Soko Guru merupakan filosofi dari adanya kekuatan yang dipercaya berasal dari empat penjuru mata angin. Berdasarkan konsep spiritual ini, manusia berada di tengah perpotongan keempat arah mata angin tersebut. Suatu tempat yang konon mengandung getaran magis tingkat tinggi. Titik perpotongan ini disebut juga sebagai Pancer atau Manunggaling Kiblat Papat.

Ada tiga bagian dalam susunan rumah joglo. Pertama adalah ruang pertemuan yang disebut pendapa. Kedua adalah ruang tengah yang disebut pringgitan dan ketiga adalah ruang belakang (dalem) yang berfungsi sebagai ruang keluarga.

Pendapa Rumah Joglo

Pendapa ini terletak di depan. Dibuatnya tanpa dinding, karena berkaitan dengan karakter orang Jawa yang ramah dan terbuka. Ruangan menerima tamu ini biasanya tidak diberi meja ataupun kursi, hanya tikar yang digelar agar antara tamu dan tuan rumah dapat berbicara dalam kesetaraan.


Pringgitan Rumah Joglo

Bagian pringgitan adalah tempat dimana pemilik rumah menyimbolkan diri sebagai bayang-bayang Dewi Sri. Dewi padi ini dianggap sebagai sumber segala kehidupan, kesuburan dan kebahagiaan. Terletak antara pendapa dan dalem, pringgitan digunakan sebagai tempat untuk menggelar pertunjukan wayang yang berkaitan dengan upacara ruwatan adat.

Dalem atau Ruang Utama Rumah Joglo
Dalem adalah bagian yang digunakan sebagai tempat tinggal keluarga. Di dalamnya ada beberapa kamar yang disebut senthong. Jaman dulu, senthong hanya dibuat sejumlah tiga bilik saja. Kamar pertama diperuntukkan untuk para lelaki, kamar kedua dikosongkan dan kamar ketiga dipakai oleh para perempuan. Kamar kedua yang kosong ini tetap diisi dengan tempat tidur lengkap dengan segala perlengkapannya. Disebut krobongan, ruangan kosong ini dipakai untuk menyimpan pusaka dan sebagai ruang pemujaan terhadap Dewi Sri. Inilah bagian rumah yang dianggap paling suci.

Rumah tradisional jawa terbagi menjadi dua bagian, yakni rumah induk dan rumah tambahan Rumah Induk terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

1.Pendapa / Pendopo
Bagian ini terletak di depan rumah. Biasanya digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan, tempat pagelaran seni wayang kulit dan tari-tarian, serta upacara adat. Ruang ini menunjukkan sikap akrab dan terbuka, meskipun begitu Pendopo seringkali dibuat megah dan berwibawa

2.Pringitan.
Bagian ini terletak antara pendapa dan rumah dalam (omah njero). Selain digunakan untuk jalan masuk, lorong juga kerap digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit. Bentuk dari pringitan seperti serambi berbentuk tiga persegi dan menghadap ke arah pendopo

3. Emperan.
Ini adalah penghubung antara pringitan dan umah njero. Bisa juga dikatakan sebagai teras depan karena lebarnya sekitar 2 meter. Emperan digunakan untuk menerima tamu, tempat bersantai, dan kegiatan publik lainnya. Pada emperan biasanya terdapat sepasang kursi kayu dan meja.

4. Omah njero.
Bagian ini sering pula disebut omah mburi, dalem ageng, atau omah saja. Kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.

5. Senthong-kiwa.
Berada di sebelah kanan dan terdiri dari beberapa ruangan. Ada yang berfungsi sebagai kamar tidur, gudang, tempat menyimpaan persediaan makanan, dan lain sebagainya.

6. Senthong tengah.
Bagian ini terletak ditengah bagian dalam. Sering juga disebut pedaringan, boma, atau krobongan. Sesuai dengan letaknya yang berada jauh di dalam rumah, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti harta keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain sebagainya

7. Senthong-tengen.
Bagian ini sama seperti Senthong kiwa, baik fungsinya maupun pembagian ruangannya.

8. Gandhok.
Merupakan bangunan tambahan yang letaknya mengitari sisi belakang dan samping bangunan inti.Sejak abad ke 7, banyak terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah, yaitu: K

Rumah Adat

Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional:
bentuk Panggangpe
bentuk Kampung
bentuk Limasan
bentuk Joglo

Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya.

Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran.

Jenis-jenis Rumah Joglo

Joglo Limasan Lawakan (Joglo Lawakan)
Joglo Sinom
Joglo Jompongan
Joglo Pangrawit
Joglo Mangkurat
Joglo Hageng
Joglo Semar Tinandhu
Joglo Kudus
Joglo Jepara, dan
Joglo Pati

Penyebaran rumah joglo adalah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun bangunan ini juga banyak ditemukan di Madura dan bali.

Baca juga artikel